Bisnis

Bensin Kita dari Singapura, Padahal Kilang Indonesia Banyak

Pernah enggak kepikiran, dari mana asal bensin yang kita pakai tiap hari? Mobil kamu ngisi di SPBU Pertamina, logonya merah-putih, tapi ternyata asal BBM-nya bukan sepenuhnya dari dalam negeri. Lebih mengejutkan lagi, sebagian besar BBM yang kita gunakan justru diimpor dari Singapura, negara kecil yang bahkan tidak punya ladang minyak. Aneh? Iya. Tapi itulah kenyataan yang sudah berjalan bertahun-tahun.

Di saat Indonesia punya puluhan kilang minyak yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, kenapa kita masih bergantung pada negara lain untuk urusan energi yang sangat vital? Pertanyaan ini makin relevan ketika isu kemandirian energi mulai naik ke permukaan. Pemerintah mulai menggadang-gadang swasembada energi, tapi realitanya kita masih impor besar-besaran. Ini bukan sekadar soal bisnis atau harga murah—ini soal kedaulatan.

Kilang Banyak, Produksi Kurang

Kalau dilihat dari jumlahnya, Indonesia terlihat unggul. Kita punya kilang minyak di Dumai, Cilacap, Balikpapan, Tuban, dan masih banyak lagi. Totalnya lebih dari 10 kilang yang aktif. Tapi di balik angka itu, ada fakta yang mengecewakan: banyak kilang kita sudah tua dan kurang efisien. Mereka kalah teknologi dibanding milik negara lain, termasuk Singapura.

Singapura sendiri hanya punya beberapa kilang, tapi kualitasnya jauh lebih modern dan efisien. Mereka bisa memproduksi hingga 1,5 juta barel per hari, sementara Indonesia hanya sekitar 600 ribu barel per hari. Padahal, kebutuhan BBM nasional mencapai 1,6 juta barel per hari. Selisihnya—sekitar 1 juta barel—harus dipenuhi lewat impor.

“Kita punya kilang, tapi tidak semuanya produktif. Banyak yang teknologinya ketinggalan zaman.”
Cuplikan pembahasan dari video Benix, 2025

Kenapa dari Singapura?

Ini yang bikin heran banyak orang. Singapura enggak punya sumur minyak, tapi bisa jadi eksportir BBM terbesar ke Indonesia. Kok bisa?

Jawabannya ada di strategi dan infrastruktur. Singapura adalah pusat perdagangan minyak (oil hub) paling besar di Asia Pasifik. Mereka impor minyak mentah dari negara produsen seperti Arab Saudi, Amerika, dan Rusia, lalu mengolahnya dengan kilang modern dan menjual kembali ke negara-negara tetangga—termasuk kita.

Bahaya Ketergantungan Energi

Ketika mayoritas BBM kita berasal dari luar negeri, dan 54% di antaranya dari Singapura, kita sebenarnya sedang menaruh nasib energi nasional di tangan negara lain.

“Kalau Singapura stop kirim minyak, Indonesia bisa lumpuh dalam waktu tiga minggu.”
Analis energi nasional

Dan ini bukan hanya soal transportasi. Listrik, industri, logistik, pengiriman bahan makanan—semuanya butuh energi. Jadi masalah ini bukan hanya soal bensin di tangki, tapi soal roda kehidupan nasional.

Target Swasembada Energi

Kabar baiknya, pemerintah mulai menyadari bahwa ketergantungan ini sudah terlalu berisiko. Presiden Prabowo menyuarakan target ambisius: swasembada energi dalam 5 tahun ke depan. Tapi tentu saja, niat baik saja tidak cukup. Ada banyak tantangan, dari revitalisasi kilang hingga peningkatan lifting minyak nasional.

Potensi Penghematan: Rp59 Triliun per Tahun?

Dalam video Benix, disebutkan bahwa jika Indonesia bisa memproduksi dan mengolah BBM sendiri secara efisien, negara bisa menghemat sekitar Rp59 triliun per tahun.

“Kalau kita punya kilang sendiri dan bisa produksi, negara bisa hemat 59 triliun setahun. Itu sudah cukup buat bangun infrastruktur di banyak provinsi.”
Video Benix, 2025

Masalah Lain: Korupsi dan Inefisiensi

Ketika kita bicara soal pembangunan kilang atau revitalisasi, satu hal yang juga harus dibahas adalah pengelolaan. Pertamina sebagai BUMN energi kadang jadi sorotan karena berbagai masalah, mulai dari kasus korupsi, keterlambatan proyek, hingga insiden kebakaran kilang.

“Kilang terbakar, pejabat masuk penjara, dan rakyat tetap bayar mahal—itu cerita lama. Jangan sampai terulang.”
Komentar publik di media sosial

Menuju Energi Nasional yang Berdaulat

Kita memang masih harus impor, dan mungkin belum bisa 100% lepas dari Singapura atau negara lain. Tapi membangun kapasitas dalam negeri adalah keharusan. Bukan karena kita anti-impor, tapi karena kita harus punya pilihan dan cadangan. Jangan sampai semua tergantung pada satu negara.

Bukan Sekadar Soal BBM

Masalah BBM ini bukan sekadar soal harga di SPBU atau antrean di rest area saat mudik. Ini soal kedaulatan energi, ketahanan nasional, dan masa depan ekonomi kita. Kalau Indonesia ingin berdiri di atas kaki sendiri, kita harus berani membenahi sistem dari hulunya.

Bensin kita memang masih datang dari Singapura. Tapi bukan berarti harus selamanya begitu. Kita punya sumber daya, punya potensi, dan yang kita butuhkan tinggal satu: kemauan untuk berubah.


Monthly Top