Pendidikan

Sekolah Rakyat: Sukses atau Gagal Bergantung Pada Hal Ini

Dari empat tujuan pendirian Bangsa Indonesia, dua di antaranya secara langsung menyentuh esensi pembangunan manusia: memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Keduanya adalah pilar utama yang saling berkaitan dan menjadi landasan bagi setiap kebijakan pembangunan, termasuk di sektor pendidikan.

Pendidikan, dalam konteks Indonesia, bukan sekadar hak dasar, melainkan juga kunci untuk mencapai kesejahteraan. Pendidikan adalah alat paling ampuh untuk memutus mata rantai kemiskinan, meningkatkan kualitas hidup, dan mendorong mobilitas sosial. Namun, realitas di lapangan menunjukkan bahwa akses terhadap pendidikan berkualitas masih menjadi tantangan, terutama bagi mereka yang berada di lapisan paling bawah piramida ekonomi. Inilah yang menjadi dasar pemikiran di balik gagasan dan implementasi program Sekolah Rakyat, sebuah inisiatif ambisius dari pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.


Mengapa Sekolah Rakyat? Mengisi Celah yang Ada

Meskipun Indonesia telah memiliki sistem pendidikan yang mapan dan berbagai program bantuan seperti Bantuan Operasional Sekolah (BOS) atau Kartu Indonesia Pintar (KIP), masih ada kelompok masyarakat yang sulit dijangkau secara optimal. Kelompok ini adalah anak-anak dari keluarga miskin dan miskin ekstrem, yang seringkali terhimpit oleh berbagai hambatan:

  1. Hambatan Ekonomi yang Berlipat: Selain biaya sekolah (yang sebagian ditanggung BOS), mereka kerap menghadapi biaya tidak langsung seperti transportasi, seragam, buku, alat tulis, hingga asupan gizi yang tidak memadai. Faktor-faktor ini seringkali memaksa anak-anak untuk putus sekolah dan membantu orang tua bekerja demi menyambung hidup.
  2. Kualitas Pendidikan yang Tidak Merata: Sekolah di daerah terpencil atau dengan kondisi ekonomi masyarakat yang rendah seringkali menghadapi keterbatasan fasilitas, ketersediaan guru berkualitas, dan lingkungan belajar yang kurang kondusif.
  3. Lingkungan Kurang Mendukung: Anak-anak dari keluarga miskin ekstrem mungkin tumbuh di lingkungan yang tidak kondusif untuk belajar, dengan paparan risiko sosial yang tinggi dan kurangnya bimbingan belajar di rumah.

Inilah mengapa pemerintah tidak hanya mengandalkan sekolah yang sudah ada, melainkan merasa perlu menghadirkan sebuah model pendidikan yang berbeda dan terfokus: Sekolah Rakyat. Program ini bukan cerminan bahwa sistem pendidikan yang ada "gagal" secara keseluruhan, melainkan pengakuan bahwa ada celah yang harus diisi dengan intervensi yang lebih spesifik, komprehensif, dan intensif untuk kelompok masyarakat yang paling rentan. Sekolah Rakyat hadir sebagai solusi untuk memastikan tidak ada lagi anak Indonesia yang tertinggal hanya karena keterbatasan ekonomi.


Konsep dan Tujuan Utama Sekolah Rakyat: Membangun Generasi Emas dari Nol

Sekolah Rakyat memiliki konsep yang sangat spesifik dan tujuan yang jelas: memutus mata rantai kemiskinan antargenerasi melalui pendidikan berkualitas yang holistik dan gratis.

1. Pendidikan Gratis dan Berasrama (Boarding School):
Salah satu ciri paling fundamental dari Sekolah Rakyat adalah sistem asrama (mondok). Anak-anak akan tinggal di lingkungan sekolah selama tahun ajaran. Ini membebaskan keluarga dari beban biaya harian seperti transportasi, makan, dan kebutuhan dasar lainnya. Kehidupan berasrama memastikan anak-anak mendapatkan gizi yang terjamin, lingkungan belajar yang aman dan kondusif 24 jam sehari, serta pengawasan intensif dari pendidik. Model ini memungkinkan siswa fokus sepenuhnya pada pembelajaran tanpa distraksi atau tekanan ekonomi dari luar.

2. Target Sasaran yang Jelas:
Sekolah ini secara khusus menargetkan anak-anak dari keluarga miskin dan miskin ekstrem. Kriteria penerimaan utama adalah status ekonomi, dengan prioritas pada keluarga yang masuk dalam desil 1 hingga 3 Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN). Ini adalah komitmen nyata untuk mengangkat kelompok masyarakat yang paling membutuhkan.

3. Kurikulum Komprehensif dan Terintegrasi:
Kurikulum Sekolah Rakyat tidak hanya mengadopsi Kurikulum Nasional, tetapi juga diperkaya dengan tiga pilar utama:

  • Kurikulum Persiapan (Learner Preparatory): Tahap awal ini fokus pada asesmen mendalam untuk memetakan potensi dan talenta unik setiap siswa (talent mapping). Ini memungkinkan pendekatan pembelajaran yang lebih personal dan disesuaikan dengan kebutuhan individu.
  • Kurikulum Formal: Mengacu pada Kurikulum Nasional dengan penekanan pada penguatan mata pelajaran penting seperti matematika dan literasi, serta potensi penambahan koding. Fleksibilitas dalam tahapan pembelajaran (multi entry-multi exit) juga direncanakan untuk menyesuaikan kecepatan belajar siswa.
  • Kurikulum Asrama (Boarding) dan Pendidikan Karakter: Ini adalah bagian integral yang disusun oleh Kementerian Sosial. Fokusnya pada pembentukan akhlak, karakter, kepemimpinan, nasionalisme, literasi digital, dan keterampilan hidup (life skill). Kehidupan di asrama akan membentuk disiplin, kemandirian, tanggung jawab, dan nilai-nilai sosial yang kuat. Aspek kesehatan dan gizi siswa juga akan dipantau secara holistik.

4. Mencakup Jenjang SD hingga SMA:
Sekolah Rakyat akan menyediakan pendidikan berkelanjutan dari tingkat Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas, memastikan jalur pendidikan yang komprehensif tanpa terputus.

5. Pembekalan Vokasi dan Kesiapan Kerja/Wirausaha:
Selain akademik dan karakter, kurikulum juga memadukan pelatihan vokasi. Tujuannya adalah membekali siswa dengan keterampilan praktis yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja, sehingga setelah lulus, mereka siap untuk:

  • Menjadi pekerja terampil yang kompeten di bidangnya.
  • Menjadi pengusaha yang mampu menciptakan lapangan kerja dan mandiri secara ekonomi.

Ini adalah kunci untuk memastikan lulusan tidak kembali ke lingkaran kemiskinan.


Perbedaan Mendasar Sekolah Rakyat dan Sekolah Umum

Meskipun sama-sama bagian dari sistem pendidikan nasional, Sekolah Rakyat memiliki karakteristik yang membedakannya secara fundamental dari sebagian besar sekolah umum reguler:

  1. Model Pembelajaran:
    • Sekolah Rakyat: Sistem berasrama (boarding school) penuh, di mana siswa tinggal dan belajar 24 jam di lingkungan sekolah.
    • Sekolah Umum: Umumnya sekolah harian, di mana siswa datang dan pulang setiap hari.
  2. Target Peserta Didik:
    • Sekolah Rakyat: Dikurasi khusus untuk anak-anak dari keluarga miskin dan miskin ekstrem (Desil 1-3 DTSEN), dengan seleksi ketat berdasarkan kondisi ekonomi.
    • Sekolah Umum: Terbuka untuk semua lapisan masyarakat sesuai zonasi atau kriteria penerimaan lainnya, tanpa batasan ketat pada status ekonomi.
  3. Biaya Pendidikan:
    • Sekolah Rakyat: Gratis sepenuhnya, meliputi biaya sekolah, asrama, makan, kebutuhan sehari-hari, hingga seragam. Ditanggung penuh oleh APBN.
    • Sekolah Umum: Ada dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dari pemerintah, tetapi orang tua mungkin masih menanggung biaya lain seperti transportasi, makan siang, atau kebutuhan di luar biaya operasional dasar.
  4. Kurikulum dan Fokus Tambahan:
    • Sekolah Rakyat: Mengacu Kurikulum Nasional, namun dilengkapi secara intensif dengan pelatihan vokasi, pembentukan karakter berbasis asrama, dan pendekatan individual (talent mapping).
    • Sekolah Umum: Mengacu Kurikulum Nasional, dengan fokus utama pada akademik. Meskipun ada mata pelajaran vokasi atau karakter, intensitas dan integrasinya mungkin tidak sekomprehensif Sekolah Rakyat.
  5. Misi Spesifik:
    • Sekolah Rakyat: Misi utama yang sangat kuat dan eksplisit adalah memutus mata rantai kemiskinan antargenerasi melalui pendidikan holistik.
    • Sekolah Umum: Misi umum mencerdaskan kehidupan bangsa dan memberikan pendidikan yang merata, tanpa fokus spesifik pada intervensi ekstrem untuk kelompok termiskin.

Progres dan Skala Implementasi

Program Sekolah Rakyat bukanlah wacana belaka, melainkan sudah dalam tahap implementasi yang serius.

  • Target Awal: Pemerintah menargetkan sebanyak 53 hingga 65 Sekolah Rakyat yang merupakan sekolah eksisting akan direnovasi dan mulai beroperasi pada Juli 2025. Secara keseluruhan, 100 Sekolah Rakyat Tahap I ditargetkan siap dibuka pada 14 Juli 2025, bertepatan dengan dimulainya tahun ajaran baru 2025/2026.
  • Progres Pembangunan: Per Juni 2025, progres konstruksi untuk Sekolah Rakyat Tahap I telah mencapai lebih dari 60%. Ini menunjukkan komitmen untuk memenuhi jadwal operasional.
  • Kesiapan SDM: Rekrutmen dan persiapan tenaga pengajar (guru dan kepala sekolah) telah berjalan intensif. Ribuan guru dan puluhan kepala sekolah telah disiapkan untuk mengisi posisi di Sekolah Rakyat ini.
  • Target Jangka Panjang: Presiden Prabowo menargetkan pembangunan 200 Sekolah Rakyat per tahun, dengan ambisi mencapai satu Sekolah Rakyat di setiap kabupaten, terutama di wilayah dengan kantong-kantong kemiskinan. Dalam jangka panjang, program ini diharapkan dapat menjangkau hingga 500.000 siswa miskin di seluruh Indonesia.
  • Anggaran: Anggaran yang disiapkan untuk program ini cukup besar, diperkirakan sekitar Rp 48,2 juta per siswa per tahun. Angka ini mencakup seluruh kebutuhan siswa mulai dari pendidikan, asrama, makan, kebutuhan sehari-hari, hingga seragam, mengingat statusnya sebagai sekolah berasrama penuh.

Pendidikan dan Ekosistem Ekonomi: Dua Sisi Mata Uang untuk Kesejahteraan Bangsa

Program Sekolah Rakyat adalah sebuah investasi monumental dalam pembangunan sumber daya manusia, khususnya bagi mereka yang paling membutuhkan. Ia berupaya mencerdaskan kehidupan bangsa dari lapisan terbawah, memberikan bekal akademik, keterampilan vokasi, dan karakter yang kuat agar lulusannya siap bersaing di masa depan. Namun, seperti yang Anda soroti, pendidikan yang baik, secanggih dan seholistik apa pun, tidak akan mencapai tujuan akhirnya jika tidak didukung oleh ekosistem ekonomi yang kondusif.

"Pada akhirnya, lulusan Sekolah Rakyat, sama seperti lulusan sekolah mana pun, akan menghadapi realitas pasar kerja dan peluang usaha yang ada. Jika ekosistem usaha di Indonesia tidak 'bersih' dari praktik-praktik yang menghambat pertumbuhan, tidak menunjang inovasi, dan gagal memperbanyak uang beredar untuk menciptakan bisnis baru serta lapangan pekerjaan, maka seluruh investasi dalam pendidikan berisiko tidak optimal."

Hanya dengan sinergi antara pendidikan berkualitas yang mencetak individu unggul dan ekosistem ekonomi yang kuat serta berintegritas yang menciptakan peluang, barulah cita-cita "memajukan kesejahteraan umum" dan "mencerdaskan kehidupan bangsa" dapat tercapai secara paripurna. Investasi pada Sekolah Rakyat adalah langkah awal yang krusial, namun keberhasilan jangka panjangnya sangat bergantung pada bagaimana pemerintah juga mampu membangun sebuah Indonesia yang adil dan makmur bagi seluruh rakyatnya, di mana setiap lulusan memiliki kesempatan nyata untuk berkarya dan meraih kemandirian ekonomi.

Deddy K.


Monthly Top