Di antara lembaran-lembaran masa lalu dan jajaran masa depan, terukir sebuah kisah agung yang menanti puncaknya. Ini bukan sekadar dongeng, melainkan sebuah nubuat yang membentangkan gambaran tentang hari-hari terakhir dunia, di mana kebenaran dan kebatilan akan bertarung dalam pertempuran epik yang belum pernah terjadi sebelumnya. Islam, sebagai penutup risalah kenabian, telah membentangkan tirai peristiwa ini melalui sabda-sabda mulia Rasulullah ﷺ, memberi kita peta jalan untuk memahami zaman yang akan datang.
Kisah ini dimulai, dan mungkin saja, kita sudah merasakan hembusan angin pertamanya.
Sebelum seorang pemimpin yang dijanjikan, Sang Penyelamat, melangkah ke panggung sejarah, dunia akan diselimuti oleh kabut tebal kekacauan dan perselisihan yang luar biasa. Ini bukan sekadar konflik kecil atau krisis ekonomi sesaat, melainkan sebuah zaman di mana fitnah akan merajalela, kezaliman akan menjadi hal biasa, dan kebenaran terasa asing. Hati manusia menjadi keras, nilai-nilai luhur tergerus, dan umat manusia, khususnya umat Muslim, akan merasa terpecah belah dan tak berdaya.
Bayangkan saja, dunia yang kita kenal hari ini, dengan segala kompleksitas politik dan gejolak sosialnya, bisa jadi adalah panggung awal dari skenario ini. Konflik yang tak berkesudahan di berbagai belahan bumi, ketidakadilan yang merobek-robek tatanan masyarakat, dan ketamakan yang membutakan mata hati – semua ini adalah gemuruh awal dari badai yang lebih besar.
Di tengah suasana yang mencekam ini, akan terjadi sebuah peristiwa yang menjadi titik balik paling krusial: wafatnya seorang pemimpin yang memiliki otoritas besar. Hadis tidak menyebutkan namanya, tidak pula negaranya secara spesifik. Bisa jadi dia adalah seorang raja dari monarki di Jazirah Arab, seorang khalifah yang dihormati, atau pemimpin kuat lainnya yang kematiannya akan memantik api perselisihan hebat yang tidak mudah padam. Perebutan kekuasaan akan memuncak, dan kekosongan kepemimpinan yang ditinggalkannya akan menyeret umat ke dalam jurang kekacauan yang lebih dalam.
Di saat itulah, sebuah kekuatan militer dari Syam (wilayah yang kini mencakup Suriah, Yordania, Lebanon, dan Palestina), dengan ambisi gelap di hati mereka, akan mengarahkan pandangan ke pusat spiritual dunia Muslim: Ka'bah di Mekah.
Mereka akan bergerak dengan langkah pasti, mungkin melewati gurun pasir Yordania dan memasuki dataran luas Arab Saudi, dengan niat untuk menyerang dan menodai kesucian Rumah Allah.
Namun, Allah memiliki rencana-Nya sendiri. Saat pasukan ini tiba di sebuah padang pasir luas bernama Al-Baida', yang terhampar antara Mekah dan Madinah, keajaiban akan terjadi. Bumi akan tiba-tiba terbuka, menelan seluruh pasukan tersebut ke dalam dasarnya. Ini bukanlah kekalahan militer biasa, melainkan sebuah mukjizat ilahi yang tak terbantahkan, sebuah tanda nyata bagi seluruh dunia bahwa campur tangan Ilahi akan segera dimulai. Peristiwa ini akan menjadi gempa yang mengguncang kesadaran umat, memberitahukan bahwa janji Allah akan segera terwujud.
Peristiwa Al-Baida' akan menjadi lonceng pengumuman. Di tengah kebingungan dan keputusasaan, orang-orang saleh, para ulama, dan pemimpin umat yang berilmu akan memahami bahwa inilah saatnya. Mata mereka akan tertuju pada kota suci Mekah.
Di sanalah, di Baitullah yang mulia, mereka akan menemukan seorang pria. Dia adalah Muhammad bin Abdullah, seorang keturunan langsung dari Nabi Muhammad ﷺ, melalui cucu beliau, Hasan bin Ali.
Dia akan memiliki dahi yang lebar dan hidung yang mancung, menunjukkan kemuliaan garis keturunannya. Namun, dia sendiri tidak menyadari atau tidak menginginkan posisi agung ini. Dia adalah seorang yang rendah hati, shaleh, dan hanya ingin menjalani hidupnya dalam ketaatan.
Tapi umat membutuhkan pemimpin. Dengan segala desakan dan bahkan "paksaan", sekelompok besar orang akan mendatanginya. Mereka akan membaiatnya, memberikan sumpah setia di antara Maqam Ibrahim dan Rukun Yamani di samping Ka'bah. Saat itulah, Imam Mahdi yang dijanjikan, Sang Pemimpin Adil dari Akhir Zaman, secara resmi akan memimpin umat Muslim.
Di bawah kepemimpinannya, bumi akan merasakan kembali keadilan yang telah lama hilang. Kezaliman akan mulai terkikis, dan keberkahan akan menyelimuti tanah. Imam Mahdi akan mempersatukan kembali umat Muslim yang tercerai-berai, membentuk pasukan yang kuat, dan memimpin mereka dalam berbagai peperangan untuk menegakkan kembali syariat Allah. Masa kepemimpinannya diperkirakan berlangsung sekitar tujuh atau delapan tahun, sebuah era di mana umat akan merasakan kedamaian dan kemakmuran yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya. Ini adalah fajar keadilan sebelum badai terbesar.
Namun, ketenangan ini hanyalah jeda sebelum ujian terberat. Ketika kekuasaan Imam Mahdi telah kokoh dan keadilan tersebar, Dajjal Al-Masih Ad-Dajjal (Sang Pendusta Besar) akan muncul. Sosok ini adalah fitnah paling berbahaya yang pernah ada sejak penciptaan Adam hingga Hari Kiamat.
Dia adalah seorang manusia, bukan jin atau setan. Wujudnya dijelaskan dengan detail: matanya cacat, seperti anggur yang mengambang, dan di dahinya terukir jelas tulisan "كَافِر" (Kafir), yang dapat dibaca oleh setiap mukmin, baik yang bisa membaca maupun yang buta huruf.
Dajjal akan muncul dari arah timur, mungkin dari Khorasan (wilayah yang kini mencakup sebagian Iran dan Asia Tengah). Dengan kecepatan luar biasa, bagaikan awan yang ditiup angin kencang, ia akan mengelilingi seluruh dunia, mengunjungi setiap kota dan desa, kecuali Mekah dan Madinah yang dijaga ketat oleh para malaikat.
Dia akan datang dengan klaim sebagai tuhan, dan untuk mendukung klaimnya, dia akan melakukan berbagai "mukjizat" palsu yang memukau:
Banyak manusia akan tertipu olehnya, terutama dari kalangan yang lemah iman dan mereka yang mendambakan kekuasaan atau kekayaan dunia. Mayoritas pengikutnya akan berasal dari Yahudi, yang mungkin melihatnya sebagai Mesias yang mereka tunggu. Peran wilayah Palestina/Israel akan sangat sentral dalam periode ini, menjadi pusat utama kekuasaan dan fitnah Dajjal, mengingat signifikansinya bagi pengikutnya.
Ketika fitnah Dajjal mencapai puncaknya, dan umat Muslim di bawah pimpinan Imam Mahdi sedang tertekan, pertolongan Ilahi akan tiba.
Tepat pada waktu shalat Subuh, di sebuah menara putih di sebelah timur Damaskus, Suriah (bagian dari Syam), Nabi Isa Al-Masih (Yesus Kristus) akan turun dari langit.
Beliau akan turun dengan jubah kuning kemerahan, meletakkan tangannya di atas sayap dua malaikat. Kedatangan beliau akan disambut suka cita oleh umat Muslim. Beliau akan bergabung dengan Imam Mahdi, bahkan shalat di belakang beliau sebagai tanda penghormatan.
Segera setelah turun, misi utama Nabi Isa AS adalah memburu Dajjal. Dajjal akan mencium bau napas Nabi Isa AS dari jarak yang sangat jauh. Ketika melihat Nabi Isa AS, Dajjal akan mulai meleleh seperti garam di dalam air, tubuhnya akan luruh karena kedatangan kebenaran.
Nabi Isa AS akan mengejar Dajjal hingga menemukannya di gerbang Ludd (Lod), sebuah kota yang kini berada dalam wilayah Israel modern, dekat Tel Aviv. Di sanalah, Nabi Isa AS akan membunuh Dajjal dengan tombaknya, mengakhiri fitnah terbesar sepanjang sejarah manusia.
Setelah Dajjal tewas, Nabi Isa AS akan menghancurkan salib, membunuh babi, dan menghapuskan jizyah (pajak bagi non-Muslim), menunjukkan bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang diterima Allah. Bumi akan dipenuhi kedamaian dan keadilan, harta melimpah ruah hingga tak ada lagi yang mau menerimanya. Nabi Isa AS akan hidup di bumi selama beberapa waktu (sekitar 40 tahun), memimpin umat, sebelum akhirnya beliau wafat secara wajar.
Kisah akhir zaman ini, dengan segala detailnya, adalah sebuah gambaran agung yang disampaikan melalui lisan Rasulullah ﷺ. Ini bukanlah sebuah cerita fiksi, melainkan sebuah interpretasi yang didasarkan pada hadis-hadis sahih yang terkumpul dalam kitab-kitab induk seperti Sahih Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Abu Dawud, dan lainnya. Meskipun demikian, perlu dipahami bahwa mengidentifikasi peristiwa dan tokoh modern secara spesifik dengan nubuat ini adalah bentuk spekulasi yang tidak dapat dikonfirmasi secara mutlak.
Tujuan dari pengetahuan ini bukanlah untuk menakut-nakuti atau mendorong kita pada spekulasi tanpa dasar, melainkan untuk:
Kita tidak tahu kapan persisnya peristiwa-peristiwa ini akan terjadi, namun tanda-tanda kecil yang sudah ada di sekitar kita adalah isyarat bahwa kita hidup di masa-masa penting. Semoga kita termasuk golongan yang senantiasa berpegang teguh pada kebenaran dan dilindungi dari segala fitnah.
Deddy K.